PROFIL DESA WATUKOSEK
2.1
Kondisi Desa
2.1.1. Sejarah Desa
a.
Legenda Desa
Setelah digali dan ditelusuri dari beberapa narasumber
khususnya dari sesepuh maupun tokoh masyarakat desa Watukosek bahwa kata Watukosek berasal dari padanan kata Watu yang
berarti “ Batu “ dan kosek yang berati “ mengasah “.Konon Watukosek ini adalah
tempat untuk mengasah pusaka dan
alat-alat perang prajurit kerajaan Majapahit. Watukosek
ini merupakan batas wilayah Kerajaan Majapahit terbukti disebelah barat Desa Watukosek ini berbatasan dengan Desa di
daerah Kabupaten Mojokerto dengan Nama Watesengoro. Disamping itu di Desa
Watukosek terdapat Dusun yang bernama Tamping yang berarti Tameng/Perisai/ Benteng
Pertahanan sebelum memasuki kerajaan majapahit karena Dusun Tamping ini dulunya
berupa rawa-rawa, dan rawa-rawa inilah
sebagai penghalang dari serangan musuh.
b.
Sejarah Pemerintahan Desa
Watukosek
Pada
zaman penjajahan Belanda, desa Watukosek dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang
bernama Surowono alias Singo Lothek yang membawahi 5 dusun yaitu
1. Dusun
Nglawang
2. Dusun
Watukosek
3. Dusun
Tamping
4. Dusun
Sumberjo
5. Dusun
Curah Banteng kini menjadi Asrama Pusdik Brimob
Dimana
tiap-tiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun atau pamong desa yang
membawahi RT/RW yang tugasnya debagai penanggung jawab keamanan. Dan mereka
menjalankan tugas sesuai denga fungsinya masing-masing dan sebagai imbalan dari
pelayanan mereka, masyarakat menyerahkan lahan sawah (tanah bengkok/ pecaton)
dan diberikan kepada mereka.
Adapun
beberapa nama Kepala Desa sebagai berikut
1. Kepala
Desa Surowono alias Singo Loethek ( 1919
– 1930 )
2. Kepala
Desa Karno alias Karyo Setro (1930-1948)
3. Kepala
Desa H Mukti (1948-1957)
4. Kepala
Desa H.Ridwan (1957-1963)
5. Kepala
Desa Soklan (1963 -1971)
6. Kepala
Desa Kariyo Legowo (1971-1999)
7. Kepala
Desa Sugeng Wijanarko (1999-2007)
8. Kepala
Desa Margono (2007 – 2014)
9. kepala Desa Abdullah Abeb Yashadi ( 2014 - Sekarang )
2.1.2
Demografi
Berdasarkan Data
Administrasi Pemerintahan Desa Watukosek Tahun 2010,
jumlah Penduduk Desa Watukosek adalah terdiri dari
1.146 KK, dengan jumlah total 4.076 jiwa, dengan
rincian 2.068 laki-laki dan 2.008 perempuan sebagaimana tertera dalam Tabel 4.
Tabel 4
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Usia
No
|
Usia
|
Laki-laki
|
perempuan
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
|
0-4
|
247
|
240
|
487
|
11.9 %
|
2
|
5-6
|
96
|
94
|
190
|
4,7%
|
3
|
7-15
|
356
|
346
|
702
|
17,2%
|
4
|
16-21
|
186
|
180
|
366
|
8,9%
|
5
|
22-59
|
1046
|
1017
|
2063
|
50,6 %
|
6
|
> 60
|
135
|
133
|
268
|
6,8 %
|
Jumlah Total
|
2068
|
2008
|
4076
|
100 %
|
Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia
produktif pada usia 22-59 tahun Desa Watukosek sekitar 2.063 atau hampir 50,6 %.
Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa Watukosek termasuk Tinggi.
Dari jumlah 1.146 KK di atas, sejumlah 99 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera; 163 KK tercatat Keluarga Sejahtera I ,221
KK tercatat Keluarga Sejahtera II; 540 KK tercatat Keluarga Sejahtera III; 128 KK sebagai sejahtera III plus. Jika KK golongan
Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka
lebih 23 % KK Desa Watukosek
adalah
keluarga miskin.
Letak
Geografis Desa Watukosek.
Secara
Administrasi Desa Watukosek terletak diwilayah Kecamatyan Gempol Kabupaten
Pasuruan.
Jarak
ke Ibukota Kecamatan :
7 Km
Lama
tempuh ke Ibukota Kecamatan :
15 menit
Jarak
ke Ibukota Kabupaten :
35 Km
Lama
tempuh ke Ibukota Kabupaten :
60 menit
BATAS
DESA
Sebelah Utara :Desa Kebon agung Kec. Porong Kab.Sidoarjo
Sebelah Selatan : Desa Bulusari Kec. Gempol
Kab. Pasuruan
Sebelah Barat : Desa Watesnegoro Kec.Ngoro Kab. Mojokerto
Sebelah Timur : Desa Carat Kec. Gempol Kab. Pasuruan
LUAS DESA : 374,76 Ha
Jumlah KK : 1.146 KK
Jumlah Penduduk : L : 2.068
+ P : 2.008 =
4.076
Secara geografis Desa Watukosek terletak pada posisi
7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi
ketinggian desa ini adalah berupa dataran rendah dan pegunungan yaitu sekitar
35 m di atas permukaan air laut.
2.1.2.1 Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang pada
peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan
mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan. Prosentase tinggkat
pendidikan Desa Watukosek dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Tamatan Sekolah Masyarakat
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
|
Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas
|
-
|
-
|
2
|
Usia Pra-Sekolah
|
117
|
2,9 %
|
3
|
Tidak Tamat
SD
|
705
|
17,3 %
|
4
|
Tamat Sekolah SD
|
815
|
20 %
|
5
|
Tamat Sekolah SMP
|
823
|
20,2 %
|
6
|
Tamat Sekolah SMA
|
1483
|
36,4 %
|
7
|
Tamat Sekolah PT/ Akademi
|
241
|
5,9 %
|
Jumlah Total
|
4076
|
100 %
|
2.1.2.2
Kesehatan
Masalah pelayanan kesehatan
adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang
penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan. Masyarakat yang produktif
harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara
untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya
masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah
masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian
atas, malaria, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut
menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah
penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi lama bagi
kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi
lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas
masyarakat Desa Watukosek secara umum.
Hal yang perlu juga
dipaparkan di sini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait
hal ini peserta KB aktif tahun 2010 di Desa Watukosek berjumlah ……….. pasangan usia subur.
Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 238
bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa
dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan berupa sebuah
Puskesmas Pembantu, dan Poskesdes yang ada di Desa Watukosek.
2.1.3 Keadaan Sosial
Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem
politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada
masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih
demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Watukosek, hal ini tergambar dalam
pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres, pemillukada, dan pemilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Khusus untuk pemilihan kepala desa Watukosek, sebagaimana tradisi kepala
desa di Jawa, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara
trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak
terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa
adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah yang
biasa disebut pulung –dalam tradisi jawa- bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat
diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh karena kecerdasan, etos kerja,
kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum
masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang
berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap.
Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat
yang sudah ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa
mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan Desa Watukosek pada tahun 2007. Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni
hampir 99 %. Tercatat ada 3 ( Tiga) kandidat kepala desa pada waktu itu yang
mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa
Watukosek seperti acara perayaan desa.
Pada bulan Juli dan Nopember 2008 ini masyarakat juga dilibatkan dalam
pemilihan Gubernur Jawa Timur putaran I dan II secara langsung. Walaupun
tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan kepala Desa, namun masyarakat
tetap antusias memberikan hak pilihnya. Ini adalah
proggres demokrasi yang cukup signifikan di desa Watukosek.
Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa
kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir
dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus
menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan
kehidupan yang penuh tolong menolong maupun gotong royong.
Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun
mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat
lembaga resmi desa seperti Badan Permusyawaratan Desa maupun lewat masyarakat
langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Watukosek
mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.
Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami
bahwa Desa Watukosek mempunyai dinamika
politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan,
mekanisme pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam
menerapkan sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi
terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal
ini dapat dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan
keseharian masyarakat Desa Watukosek kurang mempunyai greget, terutama yang
berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara
langsung.
Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus
informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari
masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus
tantangan baru bersama masyarakat Desa Watukosek. Dalam rangka merespon tradisi
lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan
budaya di Desa Watukosek. Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri,
sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi
secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial.
Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah
terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di Desa Watukosek. Isu-isu
terkait tema ini, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik
kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial.
2.1.4 Keadaan Ekonomi
Secara umum mata
pencaharian warga masyarakat Desa Watukosek dapat teridentifikasi ke dalam
beberapa sektor yaitu pertanian, karyawan Swasta, jasa/perdagangan, industri
dan lain-lain. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian.
Tabel 6
Mata Pencaharian dan Jumlahnya
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah
|
Prosentase
|
|
1
|
Pertanian
|
2568
|
63 %
|
|
2
|
Jasa/ Perdagangan
1. Jasa
Pemerintahan
2. Jasa
Perdagangan
3. Jasa Angkutan
4. Jasa
Ketrampilan
5. Jasa lainnya
|
86
285
611
122
-
|
19 %
|
|
3
|
Sektor Industri
|
693
|
17 %
|
|
4
|
Sektor lain
|
1100
|
27 %
|
|
Jumlah
|
4076
|
100 %
|
Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran
di Desa Watukosek masih cukup rendah. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah
penduduk usia 20-55 yang belum
bekerja berjumlah 134 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 3.794 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran
angka pengangguran di Desa Watukosek.
2.2. KONDISI PEMERINTAHAN DESA
2.2.1
PEMBAGIAN WILAYAH DESA
Wilayah Desa Watukosek terdiri dari 4 Dusun yaitu :
1. Dusun Nglawang;
2. Dusun Watukosek;
3. Dusun Tamping;
4. Dusun Sumberjo;
Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di Desa
Watukosek, dari kesepuluh Dusun tersebut terbagi menjadi 5 RW ( Rukun Warga )
dan 21 RT ( Rukun tetangga ).
2.2.2. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA
Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah
Pemerintahan Desa Watukosek memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap
pelayanan kepentingan masyarakat wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya
dengan pemerintahan pada level di atasnya. Dari kumpulan Rukun Tetangga inilah
sebuah Padukuhan (Rukun Warga; RW) terbentuk.
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Watukosek tidak
bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Hal
ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Tabel 1
Nama Pejabat Pemerintah
Desa Watukosek
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
Abdullah Abeb Yashadi
|
Kepala Desa
|
2
|
M.Chasan Chusen
|
Sekretaris Desa
|
3
|
Slamet Mulyadi
|
Kaur Pemerintahan
|
4
|
Sumantri
|
Kaur Keuangan
|
5
|
Fauziyah Zubaidi
|
Kaur Umum
|
6
|
Darmiaji
|
Kaur Pembangunan
|
7
|
Suremi Kiyono
|
Kasun Nglawang
|
8
|
Muksin
|
Kasun Watukosek
|
9
|
Aminin
|
Kasun Tamping
|
10
|
Moh.Nasir
|
Kasun Sumberjo
|
11
|
Dwi Joko Santoso
|
Pel.Teknis
Pengairan
|
12
|
Abdul Kadir
|
Pel.Teknis Trantib
|
13
|
Kholil
|
Modin Tamping
|
Tabel 2
Nama Badan Permusyawaratan
Desa Watukosek
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
MULYANI
|
Ketua
|
2
|
NUR
HALIM
|
Wakil Ketua
|
3
|
M.IMAM
HANAVI
|
Sekretaris
|
4
|
SHAMER
YANTO
|
Anggota
|
5
|
HAFID
MASKURIN
|
Anggota
|
6
|
NUNUK
PURWANTI
|
Anggota
|
7
|
Drs.SUGIONO
|
Anggota
|
Hendaknya di update sebagai catatan sejarah
BalasHapusCatatan murni tanpa ada tendensi mendiskriditkan seseorang haruslah baik buruknya peristiwa peristiwa hendaknya di update agar anak cucu kita senantiasa mengjormati keberagaman dan nilai nilai adi luhung
BalasHapusSubhanallah
BalasHapus